Eit, ini gue bukan lagi pengen bikin sinopsis film "Tentang Dia" yang baru-baru lalu nongol di bioskop, lho.
Tapi gue pengen cerita tentang seseorang yang pernah nemenin hari-hari gue di waktu lalu, seseorang yang pernah jadi sangat spesial buat gue. Aih.. aih..!
(Sttt diem, jangan pada ciaa- ciee gitu dunk.... penulis jadi mo malu nih...)
Meski begitu, gue juga bukan pengen nyeritain romantisme disini. Karena bagian itu, gue mo simpen sendiri, dalam lembar-lembar masa lalu. Lagipula, Kalo cuman pengen tau soal romantisme, mending baca aja novel-novel harlequin atau novel Sidney Sheldon, yang bahasanya bisa bikin terbang orang yang lagi jatuh cinta. Hehehe...
------
Gue kenal dia waktu umur gue belom genep 18 tahun. Waktu itu gue baru aja terdaftar jadi mahasiswi di tempat dimana gue kuliah dulu. Banyak temen gue yang ngejulukin dia itu “Gunung Es”, karena orangnya yang amat sangat pendiam. Selain itu, dia juga agak-agak jaga jarak sama perempuan. Jarang gue liat dia ngobrol sama perempuan. Kalaupun pernah, paling gak lama.
Lewat banyak kejadian-kejadian yang gak diduga, gue jadi bisa kenal deket sama dia. Yang ternyata, orangnya gak sedingin yang gue pikir sebelumnya. Cukup humoris malah.
Entah gimana persisnya alur ceritanya waktu itu, akhirnya gue dan dia bisa “barengan” (ngerti kan maksud gue ?!). Banyak yang kaget waktu itu. Tapi banyak juga yang bilang kami pasangan aneh; yang satu cerewet luar biasa, yang satu pendiam luar biasa. Hihihi..
Seiring dengan jalannya waktu, banyak hal yang terjadi. Salah satunya adalah perubahan di diri kami berdua. Gue yang tadinya “pecicilan” (maklum tomboy...) jadi lebih kalem dan lebih feminin. Sementara dia, yang tadinya amat sangat pendiam, akhirnya bisa bersikap sedikit terbuka. Kata orang, ada transfer kepribadian di diri kami berdua, mungkin karena lamanya kami bersama.
Ada hal-hal yang gue kagumi dari dia, sifatnya yang ulet, penuh perhatian, dan kesederhanaannya. Dari dia juga gue belajar membelanjakan uang sebaik-baiknya. Gimana nggak, kalo tiap kali gue masukin barang ke keranjang belanja, waktu gue pergi ke mall bareng dia untuk belanja bulanan (waktu itu gue jadi anak kost), dia selalu tanya “Apa kamu emang benar-benar perlu barang itu ?” (yang suka bikin bibir gue jadi maju dua meter alias cembetut, karena gak bisa ngambil coklat atau snack lain yang gue pengen, uuh..). Walhasil, belanjaan gue jarang banget melenceng dari daftar belanja yang dah gue bikin sebelumnya (yang dibikin dibawah pengawasannya) hehehehe...
Dia juga banyak ngasih nasehat ke gue. Gue inget dia pernah pesen begini ke gue, “ Hati-hati dalam melangkah. Jangan lupa, pilihlah menu yang paling baik untuk mengisi lapar dan dahaganya jiwamu. Dan jadilah orang yang tenang dalam menghadapi segala sesuatu.” Hmm..
Mau tau gimana kelanjutan hubungan kami ?
Well, its been six years (enam taon sodara-sodara), yang udah gue lalui bersama dia. Dan Allah masih belum berkenan menyatukan jalan kami. Mungkin memang cara kami yang salah dalam mencari ridhoNya.
Maka dari itu, hampir dua tahun yang lalu kami putuskan untuk tidak lagi mengambil cara itu.
Meski kami gak memutus silaturahim.
Sampai saat ini kami masih saling mendukung, saling mendoakan, dan saling menyemangati. Agar kami sama-sama bahagia, sama-sama berhasil dalam hidup, sama-sama ikhlas dan sama-sama bisa meraih ridhoNya, meskipun ternyata nantinya kami gak ditakdirkan untuk bersama.
Satu hal yang paling gue inget; Di ulang tahun gue yang ke-18, dia bilang gini sama gue, “ ... Yang jelas, dari Kepribadianmu, dari dalam jiwamu, bisa kulihat betapa ada sesuatu yang istimewa, yang akan membuat takjub orang yang melihatnya kelak...”
Ah, Semoga saja.
No comments:
Post a Comment