Monday, February 14, 2005

Cyber Labyrinth

Jam baru menunjukkan pukul 07.30 Pagi, tapi aku sudah sampai di meja kerjaku. Satu jam lebih awal dari jam masuk kantor sebenarnya. Memang, untuk menghindari macet aku biasa berangkat kerja lebih pagi. Beberapa rekan kerjaku juga sudah berada di kantor. Rupanya, kami punya ide yang sama untuk menghindari macet.
Kunyalakan PC-ku. Ada beberapa hal yang perlu kukerjakan hari ini. Untung aku sudah buat detail pelaksanaannya, jadi aku takkan jadi repot mengerjakan tugasku hari ini, batinku.
Begitu desktopku menampilkan wallpaper dengan sempurna, Yahoo Messenger pun terhubung. Aku tersenyum. Beberapa bulan ini aku memang punya mainan baru, Yahoo Messenger atau YM, fasilitas chatting dari sebuah situs ternama di internet.
YM sudah terhubung. Statusku available. itu berarti orang bisa melihatku online. Masih satu jam lagi, aku masih bisa nongkrong di chat room dulu nih, pikirku. Ku gerakkan mouseku, dan kupilih salah satu nama room yang ada dalam list room yahoo, chat room yang sering kukunjungi. Ada beberapa id yang sudah kukenal, namun ada beberapa yang belum pernah kulihat sebelumnya di room itu. Ah peduli amat, kataku dalam hati. Dan jemariku mulai menari diatas keyboard, sambil sesekali tersenyum-senyum melihat screen. Aku bisa dikira gila, bisikku dalam hati, lalu aku terkikik.

Ops ! sudah jam 08.30. Jam kerja sudah dimulai. Kuberi salam rekan-rekan chatku di room. Aku berpamitan. “ Numpang parkir id.” Tulisku. Kutambahkan icon nyengir. Semenit kemudian, aku sudah tenggelam dalam pekerjaan.

Hampir waktunya makan siang, ketika tiba-tiba sebuah instant message terkirim.
Dendra : Assalamu’alaikum wr wb
Dendra : Boleh ta’aruf1 ?
Aku terdiam sesaat, berpikir dan menimbang-nimbang, lalu memutuskan untuk menjawab.
Dya_bj : Wa’alaikumsalam wr wb.
Dya_bj : boleh aja..
Dan siang itu messenger listku bertambah satu. Dendra. Rama budiman, nama aslinya. Mengaku anak bungsu dari 6 bersaudara, dan saat ini bekerja sebagai ISO officer di sebuah perusahaan di daerah cakung. Hmmm……
---- bj ----
Ternyata, obrolan itu tak menjadi obrolan kami yang pertama dan terakhir kalinya. Sejak itu, setiap pagi kutemui sapanya lewat instant message. Aku tak ingat persis apa saja yang sudah kami obrolkan, yang jelas sangat menyenangkan.
Aku juga sudah lupa, bagaimana persisnya obrolan kami bisa pindah media, dari komputer ke telepon.
Suatu malam, Kak Rama – begitu aku memanggilnya – menelpon ponselku.
“ Ini Dya ya ?” Sapanya.
“ Mmmm…. Iya. ini Kak Rama ?” tanyaku ragu.
“ iya.” Jawabnya. “ Hei, your voice sounds familiar for me.” Sambungnya lagi.
“ Familiar ?” tanyaku heran.
“ iya. Kayak suara temenku. Suaranya orang pinter.” Jawabnya. Aku tertawa mendengarnya.
Hanya berkisar 2 – 3 menit kami berbincang. “ Jangan lama-lama, ntar pulsanya abis lho.” Selorohku. Rama tertawa. Setelah berpamitan, dia pun menutup telponnya.
---- bj ----
Pertemananku dengan Rama, tak hanya berlangsung didunia cyber atau pun lewat kabel. Beberapa kali, kami berkesempatan untuk bertemu. Pernah satu kali, kuundang ia ke kantorku, menjadi trainer untuk salah satu training program di perusahaanku.
Obrolan kami pun tidak lagi hanya soal pekerjaan, hobi, pengetahuan agama atau cerita tentang kegiatan sehari-hari, tapi mulai bergulir ke persoalan pribadi, tentang masa lalu, tentang kenangan bersama orang-orang yang pernah hinggap di hati, tentang harapan-harapan, pendeknya, tak ada lagi hal yang tabu untuk jadi bahan obrolan. Aku jadi banyak tahu tentangnya. Bahwa ia punya mantan pacar lebih dari 10, bahwa dia paling suka film-film superhero seperti spiderman, bahkan bahwa ia punya keyakinan berbeda dari banyak orang yang kukenal, meski keyakinan kami berasal dari satu akar. Begitu pula sebaliknya, Ia jadi banyak tahu tentang aku.
Dan persahabatan itu pun dimulai, tanpa perlu adanya ikrar ataupun tanda tangan perjanjian.

Sampai akhirnya perasaan aneh itu datang.

Tiba-tiba saja kehadiran Rama, seperti mengisi ruang kosong dalam hatiku. Ruang yang tadinya dipenuhi nama seseorang di masa laluku. Duh, rupanya hatiku sedang menjalin keterikatan akan keberadaan dirinya. Dan itu membuatku takut.
Aku tak ingin mengkhianati persahabatan kami, dengan hadirnya perasaan lain yang kurasakan. Aku sungguh menyesali diriku yang telah lalai menjaga hati, hingga aku putuskan untuk menghindarinya sementara waktu.

“ Sepertinya, aku gak pengen ngubungin kamu dulu untuk sementara waktu…” kataku malam itu.
“ lho kenapa ?” tanyanya.
“ There’s something wrong in my heart, dan aku merasa aku harus menata hatiku dulu.” Jawabku. Ya Tuhan, berat rasanya mengatakan ini.
“ Ada apa sih ?” tanyanya lagi.
“ Ah, nggak. Hanya saja, aku lalai jaga hati belakangan ini.” Ucapku lirih.

Esoknya di kantor, aku melewatkan message darinya, meskipun dia berkali-kali "mem-buzz"ku. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, aku juga tidak meneleponnya. Dan aku terus menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang membuatku pusing, agar tak sempat lagi berpikir tentangnya.
Sepulang kerja, kubongkar koleksi CD-ku. Aku memang jarang memutar lagu. Tapi entah, tiba-tiba saja hari ini aku ingin mendengarkan lagu. Kalau lagi begini, orang memang sering jadi sentimentil.
‘cause I miss u, baby its so so strong,
and it took my granted
and I bring you into my heart then
I pray for the strength to stand today
cause I love you when there’s no more lies
no I cant be with you tonight
you know my heart is by your heart…

Kubuka lembaran-lembaran lalu diaryku. Banyak sudah yang kutulis. Seringkali, saat aku sedang sulit melangkah, saat sedang patah, aku menemukan kembali semangatku, menemukan arahku, dengan membaca tulisan-tulisanku itu. Kulihat lembar pertama, tertulis sesuatu disitu.

Aku gemar mencatat setiap peristiwa.
Kucatat karena aku yakin akan suatu petitih:
Belajarlah dari pengalaman.
Seumpama roda, Kehidupan akan selalu berputar.
Maka dihadapkanlah kita pada perulangan-perulangan.
Jika perulangan yang sama, suatu saat kembali dalam hidup,
Semoga aku tidak lagi terkecoh menyikapinya…

Aku tercenung. Hidup memang terkadang merupakan perulangan. Seperti saat ini. Aku mendesah panjang. Kurebahkan diriku. Kupandangi langit-langit kamarku. Kurasakan bulir-bulir bening mengalir dari mataku. Dadaku terasa sesak. Rasanya ingin ku berteriak. Ya Rabb, Tolong hamba…

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Sebuah sms masuk. Dari Rama. Please don’t try to run away from me, I miss our conversation today, bunyi pesannya. Aku menghela nafas panjang, kuketik balasannya, "I don’t wanna run away, but I cant take it, I don’t understand. If you’re not for me then why does my heart tell me that I am." Kuambil kata-kata itu dari sebuah lagu. Aku meringis, dalam kondisi begini, aku masih juga bisa bercanda rupanya.

Kulirik jam di dinding kamarku. Sudah hampir jam 9 malam. Aku tersadar, aku belum sholat Isya. Kumatikan dvd playerku, lalu melangkah mengambil air wudhu. Ingin kutumpahkan semua sesak dadaku di atas sajadah. Mengadukan gundahku pada sang Khalik, sang pembolak-balik qalb.
Aku menangis tergugu. Namun kali ini rasanya begitu lega.
Mungkin karena aku telah datang ke tempat yang tepat untuk mengadu……..
---- bj ----
Kututup buku harianku. Aku tersenyum. Dua bulan telah berlalu dari saat itu. Dan perasaan itu mulai sirna. Namun aku tetap harus waspada, karena aku tak ingin lagi terjebak dalam labirin tak berujung itu. Ya Rabb, jangan Kau biarkan aku menduakan cintaMu...
Aku melangkah ke rak buku. Kuraih sebuah buku, yang tadi siang habis kubaca. “Jangan Nodai Cinta” judulnya. Ah, aku bukannya tak paham isi buku itu, tapi…aku hanyalah manusia biasa. Tak luput dari khilaf. Lagipula, mencintai bukanlah hal yang salah, tapi bagian dari fitrah. Hanya saja, mungkin belum saatnya bagiku.

Ponselku berdering, seseorang menelponku. Cepat-cepat kuraih. Hmmm, Mr. Spidey. Aku tersenyum sambil menjawab telpon itu.
“ Assalamu’alaikum” kata suara di seberang sana
“ Wa’alaikumsalam” Jawabku, sambil nyengir.
“ Ini Di, bukan?” suara diujung lagi, dengan logat betawinya yang khas.
“ Iye bener. Situ Rama ye ?” tanyaku menggodanya.
“ Iye, kok tau sih ? ” Ucap suara itu lagi.
“ yeee… tau dunk, kite pan paranormal.” jawabku seenaknya.
Beginilah rutinitas bertelpon kami. Setiap kali ia menelponku atau aku menelponnya, kami bak orang yang baru kenalan. Tapi aku tak pernah bosan.
“ Eh..aku mo cerita nih. Aku tadi ……” suara diujung sana berceloteh.
Lalu obrolan pun mengalir. Seperti biasa. Rama bercerita, dia menemukan soulmate yang ia cari selama ini. Pendekatannya cuma satu minggu, katanya. Aku tersenyum. Ada sedikit rasa perih di hati, tapi kupikir itu hanya dejavu dari perasaanku padanya disaat lalu.
Rama terus bercerita, dan aku sesekali menggodanya, lalu kami tertawa bersama.
Ah, persahabatan demikian indah….mengapa harus kunodai..
Bro, Maafkan Di, ya………………………….

Setengah jam ia meleponku. Aku menarik nafas panjang. Kulirik diary di sampingku. Ada yang tertulis disitu :

Persahabatan selalu merupakan tanggung jawab yang manis,
Tak pernah ia hanya merupakan kesempatan belaka..

Entah itu tulisan yang kubuat sendiri, atau sebuah kutipan, aku sudah lupa.
Lalu kubuka lembaran baru. Pena ditanganku menggoreskan sesuatu, catatan hidupku hari ini..

---- bj ----

Note :
Ta’aruf = berkenalan.
Dedicated to : Chatter-chatter Islam Dot Net Room and Muslimah Sholihah Room,
terutama to all my sisters.
Semoga Allah selalu melindungi kita semua.....
-------------------------------------------------------------
CERITA DI BALIK CERPEN "CYBER LABYRINTH"
Cerpen ini terinspirasi dari kisah-kisah cyber romance yang dialamin temen-temen gue. Emang sih, ada yang ujungnya bagus. Tapi kebanyakan, malah cuman jadi korban.
Seperti yang pernah kejadian di komunitas chatter muslim, yang biasa gue tongkrongin di salah satu Yahoo Chat Room. Sebut aja "DC", seorang laki-laki yang keliatannya sopan di chat room, tapi di private message ngerayu sister-sister gue. Beberapa sisters, sempet termakan rayuannya. Malahan, ada yang sempet jatuh cinta......
Gue sempet beberapa kalo ngobrol ma sang "DC". Gue sendiri gak naruh prasangka apa-apa sama dia.
Waktu gue tanya kenapa dia ngelakuin itu semua, dia bilang, " Jangan cuman nyalahin gue donk, Gue cuman masang umpan, kan mereka sendiri yang makan umpannya." Persisnya gue lupa, tapi kira-kira begitulah apa yang dia bilang. Dia juga bilang gini, "kalo id "DC" gue dah ke black list ma chatter di room itu, gue bisa bikin id lain. Dan gue bisa muncul dengan banyak wajah. Tokh, selama ini gak ada yang tau siapa gue sebenernya...."
So, buat sister-sister gue, bercyber selama memberikan manfaat, rasanya gak salah. Tapi, jangan lupa pasang filter, untuk segala yang kamu liat dan kamu dengar.
Menyenangkan memang, punya temen dari berbagai penjuru dunia. Tapi, kalo gak hati-hati, kita bisa jadi korban dunia maya, korban serigala berbulu domba. Ih syereeemmm........
Btw, banyak yang ngira ini pengalaman asli. Sejujurnya sih, emang gak semua yang ada dicerita itu fiksi. Gue pake real profile sobat gue sendiri. Pengennya sih, biar dapet "feel"-nya (ceile kaya juri indonesian idol aje...). Percakapan yang gue tulis disitu juga percakapan-percakapan asli. Tanya aja ama sobat gue itu. Oya, gue udah ijin lho ma sobat gue itu, untuk nampilin profilnya buat background cerita gue. Hehehhehe, mudah-mudahan aje die gak minta royalti . Thanks Bro...!
(Thanks juga buat Manda, yang udah ngingetin widie untuk ngasih tau "NO ROYALTI" buat siapapun yang kesebut di cerita widie...hehehehhehehehe.........)

Wednesday, February 02, 2005

Menyoal Jodoh....

Pagi-pagi, dengan tampang super kusut, bos gue tercinta yang biasa dipanggil Miss B itu menghempaskan badan gempalnya di kursi depan meja kerja gue. Gue cuma melongo. Kagak kaya biasa-biasanya neh, batin gue.
Soalnya si Miss B ini biasa dateng ke kantor dengan wajah bulatnya yang ceria, Full senyum sambil menyapa hangat semua orang yang dia lewati, even Office boy sekalipun, dan biasanya sambil ribet ama barang bawaanya yang segambreng. Nah, kalo udah pasang tampang cembetut gitu, pasti something very wrong had happened...


Singkat cerita, bos gue itu curhat kalo semalem ada acara keluarga di rumahnya. Dia emang paling sebel sama yang namanya acara keluarga. Bukannya apa-apa, tapi di acara keluarga itu dia sering jadi bulan-bulanan sepupu-sepupunya yang rata-rata udah punya anak 2 - 3 orang. Yah, apalagi kalo bukan soal kata "M" itu alias Married.....
Di usianya yang hampir 40, bos gue itu emang tergolong orang yang santai banget dalam hal "mencari pasangan or pendamping hidup". Kalo dah bahas yang beginian, dia selalu bilang, " Masa gue harus nyomot orang di jalan trus gue nikah gitu aja, tanpa gue punya feeling so good ke orang itu, dan gue harus hidup sampe akhir hayat gue dengan orang itu ? no way lah.." (WEKS....mang sapa yang nyuruh nyomot dari jalan, Bu....... hehehhehehehe....maap ye Bu.....)

Menyoal jodoh, gue sebenernya juga gak terlalu paham. Soalnya gue sendiri juga lom nemu. Tapi kalo soal mencari pasangan, hemmmm... pernah nih temen gue sharing soal ini. En dia punya pendapat yang ajaib soal ini. Dia bilang, " mencari pasangan itu ibarat kita lagi nunggu angkot." Trus dia jelasin maksud dari pernyataannya itu, " Ketika waktu kita cukup luang, kita jadi sangat pemilih. Setiap angkot yang lewat dikomentari. kita bilang "Ah, angkotnya jelek." Ada yang lewat lagi ," Ah, yang yang nyupir ugal-ugalan" terus dan teruuuuuus begitu....
Tanpa sadar waktu kita dah mepet, harus cepet-cepet berangkat kalo gak mau bener-bener terlambat. Akhirnya begitu ada angkot lewat, kita langsung naek aja, gak liat-liat lagi. Baru tau ditengah jalan, ternyata kita udah salah naik angkot, eh jurusannya berlawanan arah pula dari yang kita mau "... HIKS.
Sian banget deh kalo dah gini...

Seorang temen yang lain pernah bilang gini sama gue, "Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelum bertemu dengan orang yang tepat. Jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut."
(yah, Nurut gue sih ini pembelaan diri aja, kalo ngeliat mantan pacarnya yang lebih dari selusin...hihihihihi)

Temen gue yang lainnya lagi pernah nanya gini lewat PM (Private Message-nya Yahoo Messenger), "Sampai kapan seorang cewek nunggu kepastian dari seorang cowok? Kenapa sih Cewek nggak coba ngelamar cowok, bukannya dulu Siti Khodijah juga ngelamar Nabi SAW ?" WAH !

Bro, Seandainya ada pria seperti Nabi SAW, pastilah kita yang perempuan-perempuan ini rela melamarnya... Berebutan malah..

Sebenernya, seringkali kita sendiri yang membuat rumit sesuatu yang mudah, termasuk dalam urusan mencari pendamping hidup. Padahal Allah dah buat pedomannya : "Apabila datang kepadamu seorang laki-laki (untuk meminang) yang engkau ridha terhadap agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. " (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad). Its Just that simple !
Tapi, Kita terlalu asik dengan detail list kriteria-kriteria calon pasangan hidup kita. Harus yang begini, harus yang begitu. Tanpa sedikitpun menyadari, bahwa diri kita sendiri ini punya banyak kekurangan.
Dengan egoisnya, kita menyusun kriteria pasangan kita, sambil berharap pasangan kita nantinya dengan rela menerima kekurangan-kekurangan kita apa adanya... WEW maunya !

Sungguh karena Maha AdilNya, Allah tak kan berikan kita pasangan yang sempurna, karena kita pun tidak sempurna. Dengan demikian, diharapkan kita bisa saling menyempurnakan, saling menutupi kekurangan. Justru, gue pikir, orang yang sempurna mungkin malah gak butuh orang lain.

Lain lagi cerita seorang temen gue, yang jatuh cinta sama seorang cewek. Sayangnya rasa cintanya ditolak mentah-mentah sama sang cewek, maka jadilah dia bertepuk sebelah tangan (mang bisa ??!!). Sampe sekarang dia masih belom bisa nerima kenyataan itu. Kalo lagi curhat ke gue, topiknya selalu soal itu. Berkali-kali gue nasehatin dia untuk bisa nerima kenyataan, en untuk "move on". Tapi kayaknya susah banget buat dia untuk itu. ALlah kan lebih tau mana yang baik buat hambanya, kalo emang skenarionya begitu, mungkin emang itu yang terbaik buat dia. Kok kayak gak percaya sama Allah aja.... (eits, kok gue jadi sewot gene...)

Btw, Semoga aja bos gue nggak baca blog gue ini. Kalo tau dia jadi background cerita disini, mungkin postingan gue berikutnya adalah copy paste dari Surat Pemutusan Hubungan Kerja....Hiks..hiks....

Cowok Madesu ? No way !

Jam dinding udah nunjukin pukul 08. 40 malem, waktu sebuah sms masuk ke hp tercinta gue. Dari salah satu temen ceting yang gak pernah gue liat tampangnya selain di friendster. Itu juga kalo emang bener dia majang foto aslinya. hehehehe....
Kaget juga dapet sms dari dia, soalnya gak biasa banget dia kirim sms. Tapi lebih kaget lagi baca isi smsnya, yang kira-kira gini, " Wid, nape seh kalo gw kenalan ma cewek trus ngaku jobless, tuh cewek-cewek pada gimanaa gitu. Beda banget kalo gw ngaku PNS. Ini sering banget lho terjadi. Gimana nurut pendapat lo ?"
Gue bengong sesaat. Mikir jawaban yang tepat. Pan takut nyingung perasaan... hehehhehe.
Terus gue ketik reply gue, " Soalnya cewek mungkin gak mau punya temen madesu alias masa depan suram. hehehehhe.." Becanda lho ini.....

Nggak berapa lama, masuk sms lagi. Masih dari orang yang sama. " Tapi gue kecewa banget ma circumstance kaya gini. Ketulusan dah drop banget, keikhlasan apalagi. Dan ini terjadi bukan cuma waktu gue kenalan sama cewek "biasa", tapi juga para "akhwat" yang notabene seharusnya mereka lebih "melek" soal ini" keluhnya. (eh ini termasuk ngeluh nggak sih..? )

Cukup lama gue mikir apa yang harus gue reply. Akhirnya gue reply begini, " Mungkin sebenernya gak begitu amat, bro. Jangan keburu apriori. Kali aja lu lagi apes. Tapi terus terang, gue sendiri bakalan ilpil kalo ada cowok bilang dia jobless, masa seh dia nggak bisa ngerjain satu pekerjaan halal sekalipun ? kok sounds like pemalas yah. Kan bisa aja dia jadi loper koran, supir, kenek ato apa aja. Ato jadi guru privat kalo emang punya ilmu yang mumpuni..."
Ini Jawaban jujur gue. Masa seh nggak ada satu pekerjaan halal pun yang bisa dikerjain ? Please dech...

Dah lewat dari jam 9.00 PM, waktu replynya masuk lagi ke hp gue, Dia bilang gini, "Paling Nggak, Gue mengidam-idamkan suatu kedaan dimana orang saling mengasihi tanpa status. Urusan Rizqi tidak melulu berkaitan dengan males lho, tapi seringnya karena kesempatan." Hm, Iya juga seh.
"Kalo lo emang ngidam begitu, lo kudu inget 3M. Mulai dari diri sendiri dst-dst. kalo lo udah bisa nerima orang laen tanpa liat status, mudah-mudahan bisa nular ke orang laen. Tenang aja bro, masih banyak janda-janda montok..eh.. maksud gue masih banyak kok orang yang ngidam hal yang sama kayak lo.. Semoga aja dengan makin banyaknya orang kayak elo, dunia jadi tambah nyaman.... " jawab gue sekenanya. Setan Sok tau gue lagi kumat kayaknya waktu itu...

Setelah sms-an, gue jadi bengong (ngomong-ngomong, ternyata gue suka bengong ye...), mikirin apa yang barusan diomongin ma temen gue ini. Untungnya pembicaraan itu nggak panjang lebar, kan kasian jempol gue.


Memang terkadang, untuk berteman aja kita masih suka pasang kategori. Emang bener sih, sapa yang gak bangga, punya temen yang keren, kerja di tempat bergengsi, apalagi kalo punya jabatan penting di perusahaannya itu. Lebih dahsyat lagi kalo dia juga orang terkenal, ato minimal anak orang terkenal lah. Tapi yang terpenting dari seorang teman kan bukan itu, "melainkan adalah orang dimana kamu dapat duduk bersamanya dan merasa terbuai dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama. Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan. Benarlah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita kehilangannya. Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang sampai itu ada. " Begitu kata sebuah artikel yang seliweran di internet yang pernah gue baca..

Lain lagi kata seorang teman, yang bilang gini dalam status YM-nya, "Seorang teman sejati akan membuat anda hangat dengan kehadirannya, Mempercayai akan rahasianya, dan mengingat anda dalam do'a-do'anya" Wuih, Indah banget kan ? Itulah makna teman. Bukan yang cuman nemenin saat having fun, tapi ngeloyor pergi pas kita ketiban susah ....

Eh, balik lagi soal akhwat tadi ya, kalo akhwat jadi ilpil (ilang piling) karena status jobless dari seorang ikhwan, mungkin ini berkaitan dengan masa depannya. Seorang "akhwat sejati" kan tidak mungkin berhubungan dekat dengan seorang ikhwan secara sembarangan. Kalo ada yang mau berhubungan dekat, itu berarti sang ikhwan harus berani berkomitmen untuk menikahinya. Dan itu berarti, sang ikhwan harus siap untuk menafkahi dirinya dan keluarganya nanti. Nggak muluk-muluk, kan ?! Tapi kalo ikhwan yang dikenalnya aja punya status jobless, gimana gak jadi ilpil coba ??......
Eits, jangan langsung ngatain cewek matre dulu. Kita-kita cuman pengen memotivasi para ikhwan aja kok. Swer ! (ini asli bukan pembenaran diri lho...)


Jadi nurut gue, konteksnya beda. Untuk jadi temen boleh lah kita bertemen ma siapa aja. Gue sendiri gak keberatan punya temen kenek angkot (lumayan...kali aja jadi sering dapet gratisan.. hehehehe), tukang koran, tukang somay, tukang batagor, tukang mie ayam (kalo yang terakhir-terakhir ini mah emang cs-an gue, yang badoger alias tukang makan ...) ato apa aja lah profesinya. Yang penting halal. Tokh Allah cuman mandang dari takwanya. Belom tentu juga kan, gue ini lebih baik dari temen-temen gue--yang nurut pandangan orang status sosialnya dibawah gue. Tapi kalo untuk dijadiin suami, nggak salah kan kalo akhwat cari suami yang memang mampu menafkahi diri dan keluarganya ? ya nggak...ya nggak..??

Tuesday, February 01, 2005

Ambilah Keputusan !

Yang membedakan kita sekarang dari kemarin adalah keputusan-keputusan yang kita ambil.
Keputusanlah yang membuat kita bergerak.
Keputusan pula yang mengubah hidup kita.

Jangan Harap semua keadaan mendukung rencana kita.
Karena, tak ada perencanaan yang sempurna.
Ambilah keputusan pada saatnya, dan jangan ditunda-tunda.
Sadarilah, selalu saja ada yang dapat dipersalahkan dalam sebuah keputusan.
Namun, bagaimana kita bisa mengetahuinya, tanpa kita pernah memutuskan ?

Bersikaplah tegar dalam melihat konsekuensi, dan tegas dalam mengambil keputusan.
Dan jangan pernah cemas dengan langkah kecil yang kita buat,
karena keberanian untuk melangkah,
sudah merupakan kemajuan yang besar....