Monday, February 14, 2005

Cyber Labyrinth

Jam baru menunjukkan pukul 07.30 Pagi, tapi aku sudah sampai di meja kerjaku. Satu jam lebih awal dari jam masuk kantor sebenarnya. Memang, untuk menghindari macet aku biasa berangkat kerja lebih pagi. Beberapa rekan kerjaku juga sudah berada di kantor. Rupanya, kami punya ide yang sama untuk menghindari macet.
Kunyalakan PC-ku. Ada beberapa hal yang perlu kukerjakan hari ini. Untung aku sudah buat detail pelaksanaannya, jadi aku takkan jadi repot mengerjakan tugasku hari ini, batinku.
Begitu desktopku menampilkan wallpaper dengan sempurna, Yahoo Messenger pun terhubung. Aku tersenyum. Beberapa bulan ini aku memang punya mainan baru, Yahoo Messenger atau YM, fasilitas chatting dari sebuah situs ternama di internet.
YM sudah terhubung. Statusku available. itu berarti orang bisa melihatku online. Masih satu jam lagi, aku masih bisa nongkrong di chat room dulu nih, pikirku. Ku gerakkan mouseku, dan kupilih salah satu nama room yang ada dalam list room yahoo, chat room yang sering kukunjungi. Ada beberapa id yang sudah kukenal, namun ada beberapa yang belum pernah kulihat sebelumnya di room itu. Ah peduli amat, kataku dalam hati. Dan jemariku mulai menari diatas keyboard, sambil sesekali tersenyum-senyum melihat screen. Aku bisa dikira gila, bisikku dalam hati, lalu aku terkikik.

Ops ! sudah jam 08.30. Jam kerja sudah dimulai. Kuberi salam rekan-rekan chatku di room. Aku berpamitan. “ Numpang parkir id.” Tulisku. Kutambahkan icon nyengir. Semenit kemudian, aku sudah tenggelam dalam pekerjaan.

Hampir waktunya makan siang, ketika tiba-tiba sebuah instant message terkirim.
Dendra : Assalamu’alaikum wr wb
Dendra : Boleh ta’aruf1 ?
Aku terdiam sesaat, berpikir dan menimbang-nimbang, lalu memutuskan untuk menjawab.
Dya_bj : Wa’alaikumsalam wr wb.
Dya_bj : boleh aja..
Dan siang itu messenger listku bertambah satu. Dendra. Rama budiman, nama aslinya. Mengaku anak bungsu dari 6 bersaudara, dan saat ini bekerja sebagai ISO officer di sebuah perusahaan di daerah cakung. Hmmm……
---- bj ----
Ternyata, obrolan itu tak menjadi obrolan kami yang pertama dan terakhir kalinya. Sejak itu, setiap pagi kutemui sapanya lewat instant message. Aku tak ingat persis apa saja yang sudah kami obrolkan, yang jelas sangat menyenangkan.
Aku juga sudah lupa, bagaimana persisnya obrolan kami bisa pindah media, dari komputer ke telepon.
Suatu malam, Kak Rama – begitu aku memanggilnya – menelpon ponselku.
“ Ini Dya ya ?” Sapanya.
“ Mmmm…. Iya. ini Kak Rama ?” tanyaku ragu.
“ iya.” Jawabnya. “ Hei, your voice sounds familiar for me.” Sambungnya lagi.
“ Familiar ?” tanyaku heran.
“ iya. Kayak suara temenku. Suaranya orang pinter.” Jawabnya. Aku tertawa mendengarnya.
Hanya berkisar 2 – 3 menit kami berbincang. “ Jangan lama-lama, ntar pulsanya abis lho.” Selorohku. Rama tertawa. Setelah berpamitan, dia pun menutup telponnya.
---- bj ----
Pertemananku dengan Rama, tak hanya berlangsung didunia cyber atau pun lewat kabel. Beberapa kali, kami berkesempatan untuk bertemu. Pernah satu kali, kuundang ia ke kantorku, menjadi trainer untuk salah satu training program di perusahaanku.
Obrolan kami pun tidak lagi hanya soal pekerjaan, hobi, pengetahuan agama atau cerita tentang kegiatan sehari-hari, tapi mulai bergulir ke persoalan pribadi, tentang masa lalu, tentang kenangan bersama orang-orang yang pernah hinggap di hati, tentang harapan-harapan, pendeknya, tak ada lagi hal yang tabu untuk jadi bahan obrolan. Aku jadi banyak tahu tentangnya. Bahwa ia punya mantan pacar lebih dari 10, bahwa dia paling suka film-film superhero seperti spiderman, bahkan bahwa ia punya keyakinan berbeda dari banyak orang yang kukenal, meski keyakinan kami berasal dari satu akar. Begitu pula sebaliknya, Ia jadi banyak tahu tentang aku.
Dan persahabatan itu pun dimulai, tanpa perlu adanya ikrar ataupun tanda tangan perjanjian.

Sampai akhirnya perasaan aneh itu datang.

Tiba-tiba saja kehadiran Rama, seperti mengisi ruang kosong dalam hatiku. Ruang yang tadinya dipenuhi nama seseorang di masa laluku. Duh, rupanya hatiku sedang menjalin keterikatan akan keberadaan dirinya. Dan itu membuatku takut.
Aku tak ingin mengkhianati persahabatan kami, dengan hadirnya perasaan lain yang kurasakan. Aku sungguh menyesali diriku yang telah lalai menjaga hati, hingga aku putuskan untuk menghindarinya sementara waktu.

“ Sepertinya, aku gak pengen ngubungin kamu dulu untuk sementara waktu…” kataku malam itu.
“ lho kenapa ?” tanyanya.
“ There’s something wrong in my heart, dan aku merasa aku harus menata hatiku dulu.” Jawabku. Ya Tuhan, berat rasanya mengatakan ini.
“ Ada apa sih ?” tanyanya lagi.
“ Ah, nggak. Hanya saja, aku lalai jaga hati belakangan ini.” Ucapku lirih.

Esoknya di kantor, aku melewatkan message darinya, meskipun dia berkali-kali "mem-buzz"ku. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, aku juga tidak meneleponnya. Dan aku terus menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang membuatku pusing, agar tak sempat lagi berpikir tentangnya.
Sepulang kerja, kubongkar koleksi CD-ku. Aku memang jarang memutar lagu. Tapi entah, tiba-tiba saja hari ini aku ingin mendengarkan lagu. Kalau lagi begini, orang memang sering jadi sentimentil.
‘cause I miss u, baby its so so strong,
and it took my granted
and I bring you into my heart then
I pray for the strength to stand today
cause I love you when there’s no more lies
no I cant be with you tonight
you know my heart is by your heart…

Kubuka lembaran-lembaran lalu diaryku. Banyak sudah yang kutulis. Seringkali, saat aku sedang sulit melangkah, saat sedang patah, aku menemukan kembali semangatku, menemukan arahku, dengan membaca tulisan-tulisanku itu. Kulihat lembar pertama, tertulis sesuatu disitu.

Aku gemar mencatat setiap peristiwa.
Kucatat karena aku yakin akan suatu petitih:
Belajarlah dari pengalaman.
Seumpama roda, Kehidupan akan selalu berputar.
Maka dihadapkanlah kita pada perulangan-perulangan.
Jika perulangan yang sama, suatu saat kembali dalam hidup,
Semoga aku tidak lagi terkecoh menyikapinya…

Aku tercenung. Hidup memang terkadang merupakan perulangan. Seperti saat ini. Aku mendesah panjang. Kurebahkan diriku. Kupandangi langit-langit kamarku. Kurasakan bulir-bulir bening mengalir dari mataku. Dadaku terasa sesak. Rasanya ingin ku berteriak. Ya Rabb, Tolong hamba…

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Sebuah sms masuk. Dari Rama. Please don’t try to run away from me, I miss our conversation today, bunyi pesannya. Aku menghela nafas panjang, kuketik balasannya, "I don’t wanna run away, but I cant take it, I don’t understand. If you’re not for me then why does my heart tell me that I am." Kuambil kata-kata itu dari sebuah lagu. Aku meringis, dalam kondisi begini, aku masih juga bisa bercanda rupanya.

Kulirik jam di dinding kamarku. Sudah hampir jam 9 malam. Aku tersadar, aku belum sholat Isya. Kumatikan dvd playerku, lalu melangkah mengambil air wudhu. Ingin kutumpahkan semua sesak dadaku di atas sajadah. Mengadukan gundahku pada sang Khalik, sang pembolak-balik qalb.
Aku menangis tergugu. Namun kali ini rasanya begitu lega.
Mungkin karena aku telah datang ke tempat yang tepat untuk mengadu……..
---- bj ----
Kututup buku harianku. Aku tersenyum. Dua bulan telah berlalu dari saat itu. Dan perasaan itu mulai sirna. Namun aku tetap harus waspada, karena aku tak ingin lagi terjebak dalam labirin tak berujung itu. Ya Rabb, jangan Kau biarkan aku menduakan cintaMu...
Aku melangkah ke rak buku. Kuraih sebuah buku, yang tadi siang habis kubaca. “Jangan Nodai Cinta” judulnya. Ah, aku bukannya tak paham isi buku itu, tapi…aku hanyalah manusia biasa. Tak luput dari khilaf. Lagipula, mencintai bukanlah hal yang salah, tapi bagian dari fitrah. Hanya saja, mungkin belum saatnya bagiku.

Ponselku berdering, seseorang menelponku. Cepat-cepat kuraih. Hmmm, Mr. Spidey. Aku tersenyum sambil menjawab telpon itu.
“ Assalamu’alaikum” kata suara di seberang sana
“ Wa’alaikumsalam” Jawabku, sambil nyengir.
“ Ini Di, bukan?” suara diujung lagi, dengan logat betawinya yang khas.
“ Iye bener. Situ Rama ye ?” tanyaku menggodanya.
“ Iye, kok tau sih ? ” Ucap suara itu lagi.
“ yeee… tau dunk, kite pan paranormal.” jawabku seenaknya.
Beginilah rutinitas bertelpon kami. Setiap kali ia menelponku atau aku menelponnya, kami bak orang yang baru kenalan. Tapi aku tak pernah bosan.
“ Eh..aku mo cerita nih. Aku tadi ……” suara diujung sana berceloteh.
Lalu obrolan pun mengalir. Seperti biasa. Rama bercerita, dia menemukan soulmate yang ia cari selama ini. Pendekatannya cuma satu minggu, katanya. Aku tersenyum. Ada sedikit rasa perih di hati, tapi kupikir itu hanya dejavu dari perasaanku padanya disaat lalu.
Rama terus bercerita, dan aku sesekali menggodanya, lalu kami tertawa bersama.
Ah, persahabatan demikian indah….mengapa harus kunodai..
Bro, Maafkan Di, ya………………………….

Setengah jam ia meleponku. Aku menarik nafas panjang. Kulirik diary di sampingku. Ada yang tertulis disitu :

Persahabatan selalu merupakan tanggung jawab yang manis,
Tak pernah ia hanya merupakan kesempatan belaka..

Entah itu tulisan yang kubuat sendiri, atau sebuah kutipan, aku sudah lupa.
Lalu kubuka lembaran baru. Pena ditanganku menggoreskan sesuatu, catatan hidupku hari ini..

---- bj ----

Note :
Ta’aruf = berkenalan.
Dedicated to : Chatter-chatter Islam Dot Net Room and Muslimah Sholihah Room,
terutama to all my sisters.
Semoga Allah selalu melindungi kita semua.....
-------------------------------------------------------------
CERITA DI BALIK CERPEN "CYBER LABYRINTH"
Cerpen ini terinspirasi dari kisah-kisah cyber romance yang dialamin temen-temen gue. Emang sih, ada yang ujungnya bagus. Tapi kebanyakan, malah cuman jadi korban.
Seperti yang pernah kejadian di komunitas chatter muslim, yang biasa gue tongkrongin di salah satu Yahoo Chat Room. Sebut aja "DC", seorang laki-laki yang keliatannya sopan di chat room, tapi di private message ngerayu sister-sister gue. Beberapa sisters, sempet termakan rayuannya. Malahan, ada yang sempet jatuh cinta......
Gue sempet beberapa kalo ngobrol ma sang "DC". Gue sendiri gak naruh prasangka apa-apa sama dia.
Waktu gue tanya kenapa dia ngelakuin itu semua, dia bilang, " Jangan cuman nyalahin gue donk, Gue cuman masang umpan, kan mereka sendiri yang makan umpannya." Persisnya gue lupa, tapi kira-kira begitulah apa yang dia bilang. Dia juga bilang gini, "kalo id "DC" gue dah ke black list ma chatter di room itu, gue bisa bikin id lain. Dan gue bisa muncul dengan banyak wajah. Tokh, selama ini gak ada yang tau siapa gue sebenernya...."
So, buat sister-sister gue, bercyber selama memberikan manfaat, rasanya gak salah. Tapi, jangan lupa pasang filter, untuk segala yang kamu liat dan kamu dengar.
Menyenangkan memang, punya temen dari berbagai penjuru dunia. Tapi, kalo gak hati-hati, kita bisa jadi korban dunia maya, korban serigala berbulu domba. Ih syereeemmm........
Btw, banyak yang ngira ini pengalaman asli. Sejujurnya sih, emang gak semua yang ada dicerita itu fiksi. Gue pake real profile sobat gue sendiri. Pengennya sih, biar dapet "feel"-nya (ceile kaya juri indonesian idol aje...). Percakapan yang gue tulis disitu juga percakapan-percakapan asli. Tanya aja ama sobat gue itu. Oya, gue udah ijin lho ma sobat gue itu, untuk nampilin profilnya buat background cerita gue. Hehehhehe, mudah-mudahan aje die gak minta royalti . Thanks Bro...!
(Thanks juga buat Manda, yang udah ngingetin widie untuk ngasih tau "NO ROYALTI" buat siapapun yang kesebut di cerita widie...hehehehhehehehe.........)

No comments: