Saturday, August 20, 2005

Anak-anak Langit

Melihat anak-anak lusuh dengan baju dan wajah penuh debu, di tiap perempatan jalan atau dekat lampu-lampu merah, mungkin bukan lagi pemandangan yang aneh. Terlalu umum malah. Problematika setiap kota, orang bilang. Seperti halnya kemacetan di Jakarta, pemandangan seperti itu juga sudah jadi rutinitas sehari-hari untuk dilihat.

Setiap hari saat pulang kerja, kulihat anak-anak lusuh berebutan untuk bisa memasuki angkot yang lewat. Yang langsung menyanyi dengan alat musik yang mereka buat sendiri, entah itu dari tutup botol, botol yang diisi butiran pasir atau beras, atau hanya bertepuk tangan saja. Suara mereka jauh dari merdu, beberapa malah seperti asal bersuara saja. Sambil bernyanyi, mereka sodorkan amplop-amplop putih dengan tulisan “Bantulah kami, untuk biaya sekolah” ke setiap penumpang, tulisan yang sudah umum ada di amplop-amplop seperti itu. Beberapa penumpang ada yang serta merta mengisi amplop, sementara beberapa yang lain dengan jengah mengembalikan amplop itu tanpa melirik sedikit pun. Sesuatu yang lumrah juga, tokh tak ada paksaan untuk memberi...

Sewaktu kuliah di Semarang dulu, aku pernah ikut berkecimpung dalam pendampingan anak jalanan. Bukan organisasi resmi sebenarnya, hanya sekumpulan orang yang peduli dengan anak-anak jalanan, khususnya anak jalanan yang di bawah umur. Mungkin kami tak bisa memberi banyak untuk mereka; hanya menyediakan telinga saat mereka ingin mengadu dan berkeluh kesah dan mengingatkan adab sopan santun yang mungkin dulu pernah mereka terima agar tak hilang ditelan debu jalanan, mengarahkan mereka ke cara hidup yang lebih baik, atau mendampingi mereka saat mereka mendapatkan kesulitan, juga memberi pengertian untuk saling melindungi teman, terutama kepada anak-anak yang lelaki untuk melindungi rekan-rekan perempuannya yang rentan terhadap bahaya hidup di jalan.

Miris rasanya, melihat bocah-bocah kecil yang harus hidup di jalan, bergulat dengan kehidupan jalanan yang keras, yang hanya kenal satu hukum; Hukum Rimba – siapa yang kuat dia yang menang.

Sebagian besar anak-anak jalanan itu mendapatkan uang dari mengamen. Namun ada bocah-bocah perempuan yang sudah berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK). Ciblek, istilahnya di Semarang. Kami tak bisa begitu saja membuat mereka berhenti jadi ciblek, karena kami sendiri tak bisa memberikan pekerjaan yang lebih baik, yang kami punya hanya saran-saran.
Setiap saat bocah-bocah perempuan yang tidak berprofesi sebagai PSK harus menghadapi ancaman pelecehan seksual atau bahkan pemerkosaan. Yang lelaki juga tak luput dari ancaman kekerasan seksual. Kalau mereka salah daerah kerja, bisa-bisa mereka disodomi atau dianiaya oleh anak-anak jalanan yang berkuasa di daerah itu.
Sering kali kami harus lari tunggang langgang ke rumah sakit, karena anak-anak yang kami dampingi babak belur dipukuli atau ditusuk anak lain. Pernah suatu kali, kami bergantian menunggui salah seorang bocah perempuan yang melahirkan prematur, tanpa ia tahu siapa ayah anaknya itu. Kami juga yang memberikan nama buat anaknya itu “Bning”, sementara sang ibu muda masih terbaring shock....

Tidak semua anak-anak itu berasal dari keluarga yang tidak mampu. Meski memang sebagian besar dari keluarga yang miskin sekali. Sebut saja Doyok, seorang anak jalanan yang berusia sekitar 14 tahun. Penampilannya memang lebih bersih dari anak-anak yang lain. Tapi tentu saja, tak akan ada yang menyangka dia anak dari keluarga kaya. Pernah suatu kali, seorang perempuan muda datang ke “rumah singgah” kami - sebuah kontrakan rumah murah yang kami sedia untuk anak-anak jalanan itu singgah dan berlindung. Perempuan muda itu memaksa doyok untuk kembali ke rumah, tapi doyok bersikeras untuk tinggal dengan teman-temannya, yang dia anggap lebih peduli padanya ketimbang keluarganya. Perempuan muda itu lalu pergi dengan sedan mewahnya dengan wajah kesal. Baru kutahu kemudian, bahwa itu adalah kakak perempuan doyok yang kuliah di universitas cukup ternama di Semarang.

Karena kami hanya sekumpulan orang yang peduli, bukan organisasi resmi, seringkali kami tak mampu melindungi atau membela hak-hak anak-anak jalanan itu. Dari situ lalu kami mulai merintis lembaga yang kami harap nantinya mampu berbuat sesuatu.

Sayang, dukungan justru datang dari organisasi-organisasi nasrani. Mungkin karena orang-orang yang peduli waktu itu juga lebih banyak yang beragama nasrani. Dulu aku sama sekali tak sempat berpikir apa efeknya. Waktu itu, yang ada dalam pikiran hanyalah bagaimana membantu anak-anak itu.
Baru kusadari kemudian, setelah satu setengah tahun aku undur diri dari kelompok karena memperjuangkan studiku, bahwa aku (sebagian kecil yang muslim) telah membantu mereka keluar dari mulut singa, untuk kemudian mengulurkan mereka ke mulut buaya. Maafkan aku, anak-anak langit...

Yang kuharap sekarang ini adalah, aku bisa berbuat sesuatu sekali lagi untuk mereka.
Namun, aku tak akan mungkin melakukannya sendiri....

Size Does Matter ??!!

Di suatu saat, lewat jalur Instant Message.
Nanoxxx : “Katanya kamu ndut ya?”
Gue : “Eit, nggak boleh ngomong SARA lho !” (ikon jari telunjuk goyang kiri-kanan)
Nano xxx : “Gue nggak ngomongin SARA kok, mang itu nurut loe SARA?”
Gue : “SARA itu Suku, Agama, Ras dan Anggota badan.... jadi jelas gak boleh kan ?” (ikon ngikik)
Nanoxxx : “Loe tersinggung ya? Berarti loe beneran ndut ya ? Jangan-jangan lebih parah dari yang gue bayangin”
Gue : “Sapa yang tersinggung?” (ikon ngikik lagi).
Lagian salah sendiri pake bayang-bayangin, chatting mah chatting aja atuh, batin gue. Sambil ngikik juga dalem hati.

Di hari lain, sehabis interview calon staf baru.
Gue : “ Gimana nih bu ? siapa yang diambil ama Mr. X ?
Miss B : “ Gak ada. Sebel gue. Padahal tadi kandidatnya bagus-bagus.”
Gue : “ Lha ? kalo bagus, knapa gak ada yang diambil ? Cari kandidat lagi dunk neh. Mang
alesan Mr. X apa ?”
Miss B : “ Katanya, ‘kok pada gemuk-gemuk ya, tidak menarik ya. Saya mau yang pintar tapi juga jangan yang gemuk ya...’ gitu wid. Emang orang gemuk gak bisa kerja apa ! Lo liat gue kan wid, gue aja bisa kok aktif. Liat kita, yang kerjaannya dobel-dobel.”
Gue : (Sambil nyengir, ngeliat bos misuh-misuh) “ Ho’oh ya, bu. Lagian alesannya kok ajaib gitu.”
Miss B : “ Gue milih karyawan mah karena kemampuannya, gue gak tau deh konsep jepang-jepang itu soal cari karyawan. Biar gemuk kalo punya banyak potensi, emang kenapa...” (bos masih misuh-misuh)
Gue : “ Iya tau, Syukur deh. Soalnya di tempat laen cewek gemuk sering susah dapet kerja.”

Hari sabtu, gue lupa kapan, pas acara Oprah Winfrey.
Seorang cowok : “Aku baru tau waktu disuruh ngejalanin kehidupan sebagai seorang perempuan. Susah banget ternyata jadi perempuan. Terutama kalo perempuan itu bertumbuh gemuk. Saat di jalan, laki-laki lebih suka melihat gadis-gadis yang cantik dan seksi. Begitu juga di acara dansa, semua pria mengajak semua gadis cantik, sementara yang gemuk seperti aku hanya mampu memandang dari pojok ruangan. Dengan derita kehilangan kepercayaan diri yang parah. Menjadi pria gendut memang tidak enak, tapi jadi perempuan gemuk ternyata lebih parah. Karena orang tak akan ambil pusing soal pria yang gemuk, tapi kalau ada perempuan gemuk yang lewat dengan segera dia jadi bahan olok-olok yang berkepanjangan,”

-----

Size does matter ?! mungkin anemo masyarakat sendiri yang bikin jadi begini. Terutama terhadap kaum perempuan. Bahwa seorang perempuan sudah seharusnya tampil seksi dan menarik. Makanya obat pelangsing atau alat-alat pelangsing laku dimana-mana. Perempuan rela diet mati-matian untuk bisa punya tubuh langsing. Temen gue dulu malah ada yang punya resep kurus yang aneh. Katanya, “ Ngerokok aja sama nge-drugs, pasti deh bakalan kurus, soalnya kalo dah ngelakuin dua itu bawaannya gak doyan makan.” Astaghfirullah...

Gue sendiri lebih setuju kalo diet dilakukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Kalo gemuknya bisa bikin kita punya potensi sakit jantung atau penyakit laen. Nah, cepet-cepet deh pantang makanan yang ningkatin resiko itu.

Tubuh kurus ramping bukan berarti gak ada potensi penyakit, lho. Di kantor gue, malah mereka yang kurus, yang banyak terdeteksi punya kadar kolesterol tinggi, asam urat, gula darah lewat batas normal, paru-paru basah, dan sebagainya. Alhamdulillah, gue, juga Miss B yang gemuk itu, punya catatan kesehatan yang bagus, kecuali soal berat badan yang emang lewat dari ideal.

Soal krisis Pe-De, itu mah masalah psikologis aja. Gak ada hubungannya ama berat badan. Kalo merasa berat badan kamu sebagai sebuah “kekurangan”, coba dunk cari kelebihan lain yang pasti ada di diri kamu. Kalo kamu ngerasa susah dapet kerjaan, mungkin karena aura percaya diri kamu gak keluar. Itu aja.

Emang sih, kita jadi nggak bisa pake baju-baju seksi. Susah cari ukuran baju yang pas malah. Tapi tokh itu ada jalan keluarnya. Dan soal baju-baju seksi itu, lupain aja deh. Survey dah membuktikan kalo pake baju-baju kayak gitu gak baik buat kesehatan. Bisa masuk angin, alergi debu, dan sebagainya, percaya deh !

Kamu punya badan gemuk ??
Kalo kata adek gue yang umurnya tiga taon, “ Co Wat Gicu Yoh !!”

Wednesday, August 17, 2005

Pengamen itu...

Beberapa minggu lalu, gue janjian sama beberapa temen chating gue untuk ketemuan, kebetulan ada temen chat dari luar negeri lagi berkunjung ke indonesia. Biasalah cewek, kalo punya acara ketemuan pasti deh heboh.
Hari itu kita jalan-jalan ke planetarium, karena beberapa temen gue belom pernah liat planetarium. Sejujurnya gue juga udah lupa apa aja yang ditampilin disana, karena terakhir kali gue kesana itu waktu masih SD. Usai nonton pertunjukan, kita cabut ke PRJ alias Pekan Raya Jakarta di Kemayoran. Karena keasikan rendezvous-an, tau-tau jam udah nunjukin pukul 7 malem. Sebenernya sih belom malem banget, dan kita masih mo ngobrol banyak, tapi gue kudu pulang kalo gak mo kemaleman di jalan. Akhirnya, kita saling undur diri.

Dari PRJ, gue naek taksi ke Blok M sama salah seorang temen. Di blok M, kita pisah jalan karena temen gue itu pulang ke arah ciledug, sementara gue ke arah Bekasi. Untung gue gak perlu lama nunggu bis jurusan Bekasi. Jam 8 malem masih ada di terminal Blok M bikin gue parno sendiri. Maklum, gue jarang kelayapan malem-malem. Syukurnya gue langsung dapet tempat duduk. Setelah duduk, gue mengamati sekeliling, memperbaiki posisi tas trus menutupnya dengan jilbab, mengganti volume hp diam-diam, dan menyiapkan ongkos di tempat yang mudah dicapai tanpa susah-susah membuka dompet. Yah, pokoknya segala tindakan pengamanan yang gue anggap perlu.

Belom lama bis berjalan, naek seorang pengamen. Sumpeh deh, tampangnya serem banget. Rambutnya gondrong, berkumis tebal, juga bercambang. Pakai pakaian hitam, jeansnya juga hitam, dengan aksesoris rantai yang berjuntai dari pinggangnya. Serem abis pokoknya. Tanpa sadar, gue mencengkram erat tas gue.

Pengamen itu mulai dengan salam-salamnya, “Terima kasih untuk pak sopir dan awaknya yang udah memberikan kesempatan buat saya, juga kepada bapak-ibu, mbak-mas, om-tante yang mungkin terganggu istirahat sejenaknya...bla-bla-bla..” Sebuah pembukaan yang manis.
Sebelum mulai, pengamen serem itu memandang sekeliling. Baru kemudian memetik gitarnya. Lagu yang dia mainkan pertama, sebuah lagu lama berjudul “Wonderful World”. Setelah usai, disambungnya dengan lagu “Hello” yang gue tau itu lagu lawasnya Lionel Richie. Sang pengamen bertampang serem itu terus menerus memainkan lagu-lagu lama. Suaranya lumayan enak didengar.
Bapak yang ada di sebelah gue, yang dari tadi tertidur, beringsut bangun lalu mulai menikmati lagu. Bapak-bapak yang ada di seberang tempat duduk gue, malah manggut manggut dari tadi, sementara ibu-ibu setengah baya yang ada di sebelahnya komat-kamit, kayaknya dia ikut nyanyi, tapi dalam hati. Gue jadi mo ngikik ngeliatnya.
Baru gue sadar, ternyata sang pengamen nyanyiin lagu-lagu itu bukan tanpa sebab. Rupanya tadi dia mempelajari dulu siapa pendengarnya. Itu alasannya kenapa dia melihat sekeliling dulu sebelum mulai menyanyi. Kuamati hampir semua yang ada di bis itu sudah berusia paruh baya, yang sangat mungkin familiar dengan lagu-lagu lama tadi. How profesional!
Usai nyanyi, dia ucapkan lagi salam-salam, kali ini salam penutup dan tidak kalah manisnya. “Terima kasih sekali lagi saya ucapkan, atas kesempatan yang diberikan kepada saya, seniman jalanan, untuk mengekspresikan diri sekaligus kesempatan untuk meraup rezeki. Apabila kehadiran saya mengganggu, mohon maaf sebesar-besarnya.......” tak lupa dia selipkan doa bagi para penumpang. Dan saat dia mengulurkan wadah uangnya, dia ucapkan terimakasih satu persatu pada yang memberinya, sama sekali nggak tergesa-gesa. Penumpang juga cukup antusias memberinya uang. Bapak di sebelah gue ngasih 5000. Gue sendiri ? (sambil nyelipin uang di wadah) Hmm, baru kali ini gue ngerasa seneng ada yang ngamen lama-lama di bis...

Gue ngeliat betapa profesional sang pengamen dalam bekerja. Dijalaninya pekerjaan itu dengan sepenuh hati. Meski keliatan kecil dan tak berarti jenis pekerjaannya. Ah, andaikan semua orang yang bekerja bisa bekerja seperti itu.......

Soal kekagetan gue dengan tampang seremnya itu....well, next time, dont judge book by its cover.... alias jangan buru-buru nilai orang dari penampilannya !

Sunday, August 14, 2005

Image-ku Ada Dalam Prasangka Baikmu....

Belum lama lalu, gue janji ketemuan sama seorang temen chatting yang sering gue temuin id-nya di salah satu user chat room yahoo, istilah kerennya Kopdar alias Kopi darat. Eit, yang mau gue temuin itu cewek lho, namanya aya, mengaku bernama Nichya dan tinggal di Rusia. Ini neh salah satu hal yang gue suka dari internet, bisa punya temen di luar indonesia, tanpa harus capek-capek bin mahal-mahal kesana....hehehe.

Seminggu sebelumnya, dia nelpon gue. Kaget banget gue waktu itu, gak nyangka aja. Katanya dia ada di indonesia, dan akan mengunjungi teman-teman yang ada di indonesia, terutama seorang teman di Bandung yang sudah dianggapnya seperti ibu sendiri.
Akhirnya kita pun janjian untuk ketemu di Jakarta. Gue sempet ngubungin beberapa orang yang suka chat di room itu juga, dan ngasih tau mereka kalo ada temen dateng ke indonesia trus ngajak ketemuan. Meski nggak semua bisa ikutan, tapi acara ketemuan jalan terus.
Wah seneng rasanya, kedatengan temen dari jauh gitu (eit ini bukan soal oleh-oleh lho...). Kapan lagi coba bisa ketemu temen yang rumahnya jauh gitu ?!

Sebelum ketemuan, ada perasaan gundah di hati gue. Bukan apa-apa, ini soal desas-desus soal dia yang gue denger di chat room. Chat room tempat gue suka chatting emang tempat yang aneh. Nggak seperti chat room lain, room yang satu ini ada pertemuan bulanannya, dalam bentuk kajian keislaman. Ukhuwah penghuni room lumayan bagus. Satu sama lain seperti sodara, meski banyak yang cuman kenal id dan lokasinya aja. Kalo ada masalah, biasanya didiskusikan sama-sama di room. Nah suatu kali pernah ada desas-desus nggak enak soal aya, karena gue waktu itu nggak kenal dengan aya, gue nggak pernah ambil pusing soal desas-desus itu.

Sewaktu gue bilang, gue mau ketemuan sama aya. Banyak yang kaget, banyak yang wanti-wanti gue. Bikin gue jadi parno sendiri. Tanpa sadar, bikin prejudice yang mungkin salah soal aya. Jadi gue pikir, kalo ada sedikit prasangka buruk gue soal aya, sekaranglah harusnya gue berkesempatan untuk mengurai prasangka gue. Jujur aja, gue paling gak suka punya prasangka macem-macem sama orang.
Well, you may say that i am naive, tapi gue lebih percaya there’s always a goodness inside everyone, even in evil person, ketimbang ungkapan sebaliknya.

Lagian, kan ada ayat yang bilang, “su’udzon itu ibarat makan daging sodara sendiri ", kalo gak percaya liat surat Al-hujurat ayat 12 deh !
(Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang)....tuh dikasih contek ma om abu di bagian komen....
(ih..bayanginnya aja gue jijay, dah kayak sumanto aja ya ?!....)

Ada rasa kelegaan luar biasa gue bisa ketemu aya. Setidaknya menghapus rasa nggak enak yang mengganjal selama ini. Terlepas dari benar-tidaknya desas desus tersebut. Soal benar-tidaknya desas-desas itu, biarlah itu jadi urusan antara Allah dengan yang bersangkutan.
Memang, kita semua harus waspada terhadap segala sesuatu, tapi bukan berarti lantas kita disahkan untuk selalu menaruh prasangka buruk. Seperti kata seorang temen gue, yang sering nulis gini di satus Ym-nya, “Kebaikanku ada dalam prasangka baikmu...”
Jadi bro, sis, dari sudut pandangmulah, segala kebaikan itu akan terlahir dan punya nilai.....

Hmm, gue jadi pengen ngutip kalimat dari pelem “Italian Job” neh, I can trust everyone, its the evil inside them that i can’t trust........(kalo kagak percaya, tonton aje pelemnye....)

Buat Aya, Nice to meet you, sis !...


Monday, August 01, 2005

PROKLAMASI..

Saya,
WIDIE.
Dengan ini menyatakan, Insya Allah hidup yang hanya sekali ini,
HARUS HIDUP SUKSES !
Hal-hal mengenai 7-B;
Beribadah dengan benar;
Berakhlak mulia;
Belajar tiada henti;
Bekerja keras, cerdas, dan ikhlas;
Bersahaja dalam hidup;
Bantu sesama, dan
Bersihkan hati selalu;
diselenggarakan dalam tempo sesingkat-singkatnya (dan semoga dengan sebaik-baiknya).
Jakarta - Bekasi, 1 Agustus 2005
Atas nama saya sendiri,
HAMBA ALLAH