Kemarenan gue sempet sebel sama seorang temen gue. Gara-garanya, gue punya rencana pergi rafting eh trus die ngingetin gue soal “gak boleh seorang akhwat bepergian tanpa muhrimnya”. Bibir gue langsung manyun 2 meter saat itu juga.
Tapi trus gue jadi malu sendiri ma reaksi gue denger nasehat sebaik itu. Kok gue jadi ngambek sih ? padahal nasihat itu kan baik ? ih.
Sayangnya, fenomena kayak gini, gak cuman nimpa gue. Banyak orang yang susah banget nerima suatu nasihat baik. Meski itu untuk kebaikan diri sendiri.
Nggak tau ini soal ego atau apa.
Suatu kali, seorang temen gue pernah nyeletuk, “Gue pengen pake jilbab kayak elu, wid. Tapi nanti....” Sambil bingung, gue nanya “ Lah, napa kagak sekarang aje ? pan wajib tuh hukumnye ? napa nunggu entar ?” dan bla-bla-bla, gue terus nyerocos soal kebaikan pake jilbab. Eh trus die ngejawab, “gue aja masih kayak gini, masih sering dugem, gimana mo pake jilbab. Ntar aja kalo dah nikah.” Weks !
Ya gitu deh, Kalo kita disuruh melakukan sesuatu yang baik, yang emang udah ada tuntunannya di Agama, kayaknya susye (saking susahnya nih) banget.
Mungkin, sebenernya kita cuman takut untuk kehilangan sesuatu.
Misalnya kayak gue tadi, dilarang pergi kelayapan jadi ngambek gara-gara gue ngerasa nggak bisa lagi melakukan sesuatu yang gue suka. Atau kayak temen gue tadi, nunda pake jilbab karena takut gak bisa menikmati kehidupan yang dia jalanin sekarang ini. Atau, kayak sobat-sobat chatter gue yang masih demen ngerokok, nggak bisa (ato nggak mau) juga ngilangin kebiasaannya ngerokok, padahal mereka dah tau ngerokok itu banyak mudharatnya ketimbang untungnya. Cemen banget !
Yup itu dia. Kita itu sering takut, kalo kita menjalankan apa yang ada di agama, hidup kita jadi gak asik lagi. Padahal, aturan-aturan itu semua punya makna, gak ada yang sia-sia. Aturan-aturan itu banyak memberikan kebaikan, menciptakan keteraturan. Dan karena keteraturan itu, salah satunya yang bikin kita bisa jalan-jalan di luar dengan tenang, tanpa takut tau-tau planet jupiter iseng nyenggol bumi. Weh kok jadi ngelantur....
Hmm. Gue jadi keingetan ama celetukan temen kampus gue dulu kalo dah ngomongin ginian “ Wey, ke sorga gak gratis tau, perlu perjuangan bakal ongkosnya. Bisa dapetin hidayah itu sesuatu yang luar biasa. Soalnya, hidayah itu mahal, Man !”
Saturday, October 29, 2005
Tuesday, October 18, 2005
Sepenggal Kisah dari Panti Asuhan As Surrur
Hari Sabtu, tepatnya tanggal 15 Oktober 2005, beberapa komunitas chatter bergabung untuk mengadakan Bakti Sosial di Panti Asuhan Assurur, Kebon Jeruk.
Hampir jam 12 siang, sewaktu Aku dan rombongan sampai disana.
Area panti itu sebenarnya cukup luas. Selain bangunan untuk tinggal, ada ruang-ruang sekolah, mushola dan juga dapur.
Bangunan untuk tinggal berlantai tiga. Lantai bawah merupakan kelas-kelas, lantai dua digunakan untuk anak-anak perempuan, sedangkan anak-anak laki tinggal di lantai paling atas. Trenyuh rasanya melihat bangunan panti yang penuh tambalan disana-sini. Lebih trenyuh lagi melihat jendela-jendela besar tak berpenutup di lantai 3 yang digunakan anak-anak laki. Nyamuk dan hawa dingin pasti sudah jadi teman akrab mereka tiap harinya. Tak terbayang bagaimana mereka bisa tidur, bila malam hari hujan lebat disertai angin.....
Menjelang pukul 2 siang, beberapa saat sebelum acara dimulai, ada dua gadis kecil berjalan malu-malu menuju aula tempat acara diadakan. Untuk mencairkan suasana, aku mengajak mereka ngobrol. Gadis yang satu baru kelas 3 SD, namanya sri. Gadis yang lainnya sudah kelas 1 SMP, namanya ririn. Tadinya aku tak menyangka ririn sudah kelas 1 SMP, karena sosoknya tidak lebih besar dari sri yang kelas 3 SD. Sri gadis kecil yang riang, tak tampak beban di raut wajahnya meski dia sudah ada di panti itu sejak umur 3 tahun. Berbeda dengan ririn, wajahnya sendu, jarang terlihat senyum. Menjawab pertanyaankupun terbata-bata. Rupanya dia baru satu bulan berada di panti itu. Mungkin dia teringat keluarganya... aku tak sanggup bertanya.
-------------------
Sesaat sebelum acara games dimulai, sambil menunggu peserta lainnya yang masih sholat ashar, aku juga sempat berbincang dengan beberapa anak. Tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu luang. Mereka lalu bertutur bersahutan, sepulang sekolah mereka biasanya mereka makan siang, lalu sholat dan mengaji. Setelah itu tidur siang. Setelah ashar nanti mereka harus bersih-bersih panti, lalu mandi. Setelah maghrib mereka mengaji dan belajar, dan akhirnya tidur. Aku pun bertanya bagaimana mereka menghabiskan waktu libur. Mereka bilang, tiap hari minggu mereka disediakan TV, mereka diperbolehkan nonton tv hanya hari itu. Ah, rasanya malu mendengarnya, kalau ingat berapa banyak waktu yang kuhabiskan untuk entertainment things tiap harinya, entah itu nonton TV, nonton DVD, chatting, dengar radio, Sementara mereka.......
----------------
Rasanya tak sabar menunggu waktu berbuka puasa. Apalagi melihat es buah berwarna merah menyala sudah siap dihidangkan. Anak kecil disebelah ku sudah meliriknya beberapa kali. Aku hanya tersenyum melihatnya. Namanya Sahna, masih TK, dan baru belajar puasa.
Sesaat sebelum berbuka, semua hidangan berbuka dibagikan. Sesekali Sahna mengangkat gelas berisi es buah itu. Mungkin mau melihat apa saja isinya...
Allahu Akbar, Allahu Akbar. Yup, waktunya berbuka. Alhamdulillah.
Sahna yang ada disebelahku ragu-ragu membuka gelas es buah yang memang ada tutupnya itu. Aku heran melihatnya, mungkin dia begitu karena malu-malu. “ ayo diminum, jangan malu-malu” kataku saat itu. Kemudian dia pun meminumnya sesuap. Aku jadi tambah heran. Ketika kudorong dia kedua kalinya, dia menjawab,” gak ah, buat emak di rumah aja”
Rasanya rontok isi hatiku mendengar kata-katanya. Ya Allah......
Padahal dia masih begitu kecil.....
-------------------
Mungkin saja mereka merasa beruntung, masih ada yang memberikan perhatian pada mereka.
Ah bukan, sebenarnya kitalah yang beruntung. Telah diberikan kesempatan oleh Allah, untuk berbagi bersama mereka.....
Yup. Sebenarnya kitalah yang amat beruntung...................
Hampir jam 12 siang, sewaktu Aku dan rombongan sampai disana.
Area panti itu sebenarnya cukup luas. Selain bangunan untuk tinggal, ada ruang-ruang sekolah, mushola dan juga dapur.
Bangunan untuk tinggal berlantai tiga. Lantai bawah merupakan kelas-kelas, lantai dua digunakan untuk anak-anak perempuan, sedangkan anak-anak laki tinggal di lantai paling atas. Trenyuh rasanya melihat bangunan panti yang penuh tambalan disana-sini. Lebih trenyuh lagi melihat jendela-jendela besar tak berpenutup di lantai 3 yang digunakan anak-anak laki. Nyamuk dan hawa dingin pasti sudah jadi teman akrab mereka tiap harinya. Tak terbayang bagaimana mereka bisa tidur, bila malam hari hujan lebat disertai angin.....
Menjelang pukul 2 siang, beberapa saat sebelum acara dimulai, ada dua gadis kecil berjalan malu-malu menuju aula tempat acara diadakan. Untuk mencairkan suasana, aku mengajak mereka ngobrol. Gadis yang satu baru kelas 3 SD, namanya sri. Gadis yang lainnya sudah kelas 1 SMP, namanya ririn. Tadinya aku tak menyangka ririn sudah kelas 1 SMP, karena sosoknya tidak lebih besar dari sri yang kelas 3 SD. Sri gadis kecil yang riang, tak tampak beban di raut wajahnya meski dia sudah ada di panti itu sejak umur 3 tahun. Berbeda dengan ririn, wajahnya sendu, jarang terlihat senyum. Menjawab pertanyaankupun terbata-bata. Rupanya dia baru satu bulan berada di panti itu. Mungkin dia teringat keluarganya... aku tak sanggup bertanya.
-------------------
Sesaat sebelum acara games dimulai, sambil menunggu peserta lainnya yang masih sholat ashar, aku juga sempat berbincang dengan beberapa anak. Tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu luang. Mereka lalu bertutur bersahutan, sepulang sekolah mereka biasanya mereka makan siang, lalu sholat dan mengaji. Setelah itu tidur siang. Setelah ashar nanti mereka harus bersih-bersih panti, lalu mandi. Setelah maghrib mereka mengaji dan belajar, dan akhirnya tidur. Aku pun bertanya bagaimana mereka menghabiskan waktu libur. Mereka bilang, tiap hari minggu mereka disediakan TV, mereka diperbolehkan nonton tv hanya hari itu. Ah, rasanya malu mendengarnya, kalau ingat berapa banyak waktu yang kuhabiskan untuk entertainment things tiap harinya, entah itu nonton TV, nonton DVD, chatting, dengar radio, Sementara mereka.......
----------------
Rasanya tak sabar menunggu waktu berbuka puasa. Apalagi melihat es buah berwarna merah menyala sudah siap dihidangkan. Anak kecil disebelah ku sudah meliriknya beberapa kali. Aku hanya tersenyum melihatnya. Namanya Sahna, masih TK, dan baru belajar puasa.
Sesaat sebelum berbuka, semua hidangan berbuka dibagikan. Sesekali Sahna mengangkat gelas berisi es buah itu. Mungkin mau melihat apa saja isinya...
Allahu Akbar, Allahu Akbar. Yup, waktunya berbuka. Alhamdulillah.
Sahna yang ada disebelahku ragu-ragu membuka gelas es buah yang memang ada tutupnya itu. Aku heran melihatnya, mungkin dia begitu karena malu-malu. “ ayo diminum, jangan malu-malu” kataku saat itu. Kemudian dia pun meminumnya sesuap. Aku jadi tambah heran. Ketika kudorong dia kedua kalinya, dia menjawab,” gak ah, buat emak di rumah aja”
Rasanya rontok isi hatiku mendengar kata-katanya. Ya Allah......
Padahal dia masih begitu kecil.....
-------------------
Mungkin saja mereka merasa beruntung, masih ada yang memberikan perhatian pada mereka.
Ah bukan, sebenarnya kitalah yang beruntung. Telah diberikan kesempatan oleh Allah, untuk berbagi bersama mereka.....
Yup. Sebenarnya kitalah yang amat beruntung...................
Thursday, October 06, 2005
Ramadhan Tahun Ini....
Beberapa hari lalu, tepatnya sehari sebelum 1 ramadhan, handphone gue kebanjiran ucapan "happy ramadhan", "selamat menunaikan ibadah puasa" sampai "mohon maaf lahir dan bathin".
Yep, Itu salah satu fenomena yang kerap gue temuin di tiap awal ramadhan, sejak gue punya handphone.
Alhamdulillah, tahun ini gue masih dikasih kesempatan untuk ketemu bulan ramadhan...
Yep, Itu salah satu fenomena yang kerap gue temuin di tiap awal ramadhan, sejak gue punya handphone.
Alhamdulillah, tahun ini gue masih dikasih kesempatan untuk ketemu bulan ramadhan...
Tapi fenomena di bulan ramadhan gak cuman itu, entah sejak kapan, setiap sore menjelang buka puasa di depan komplek rumah gue jadi banyak orang jualan menu buka puasa. Mall-mall (yang gue lewatin saban pulang kantor) yang siangnya sepi, kalo sore mendadak jadi rame orang yang mau buka puasa. Masih banyak lagi deh fenomena lain...
Di rumah gue juga ada fenomena-fenomena baru. Gue nggak perlu nyipratin aer ke muka adek-adek gue buat ngingetin mereka sholat shubuh. Bokap yang biasanya kalo diingetin soal sholat suka bilang "udah tadi, nitip ma pak haji", ramadhan tahun ini udah lumayan teratur sholatnya. Gue yang gak pernah liat bokap-nyokap sholat berjamaah, ramadhan tahun ini bisa liat fenomena menakjubkan itu. Ah, indah nian ramadhan tahun ini....
Terimakasih ya Allah !
Semoga fenomena yang ada sekarang ini, tidak hanya ada di bulan ramadhan. Ya Allah, Tetapkanlah hati kami..
Monday, October 03, 2005
Cuman Ngomong Mah Gampang !
Beberapa hari lalu, gue sempet jadi malu banget ma seisi kantor. Gara-gara gue memforward hoax news alias berita bohong ke milis kantor. Nyesel berat deh pokoknya, meski dah diklarifikasi dengan permohonan maaf. Ih, padahal belom lama gue posting disini soal tabayyun alias cek en ricek. Belom juga lewat dua cerita ! (Liat its not only listening curhat- pen)
Harusnya gue cek dulum, berita itu bener apa enggak. Gak maen asal teken tombol forward.
Payah bener...
Untungnya, seorang temen ngingetin kesalahan gue (Thanks Mr. Xbox !). Ini nih enaknya punya temen-temen yang baek. Kalo kita salah, nggak didiemin tapi diingetin. Hiks, jadi terharu deh.
Trus gue jadi keingetan ma Al Ashr, one of my fave. Yang gini nih bunyinya :
Demi masa (103:1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (103:2), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (103:3)
Hm, gue pikir-pikir ini emang udah jadi penyakitnya kita as human being. Kalo ada orang yang salah bertindak, selalu bisa ngomongin “begitu salah, begini lho yang bener”. Tapi tokh, pada saat dihadapkan pada masalah yang sama, dengan situasi yang sama, ternyata kita juga melakukan kesalahan yang sama. Hihihi, aneh kan ?
Nerapin prinsip “Do what you say” emang berat banget. Dulu, seorang temen kuliah gue pernah susah banget diminta jadi mentor, alesannya takut dia cuman bisa NATO alias No Action Talk Only atawa Omong Doang. Makanya jadi kesannya pelit ngasih tausiyah.
Yah, intinya, gue kudu lebih hati-hati aja dalam melakukan sesuatu. Tapi itu pun gue gak bisa ngasih garansi kalo gue gak bakal ngelakuin kesalahan semacam itu lagi.
Ah, ternyata. Ngomong emang paling gampang !
Harusnya gue cek dulum, berita itu bener apa enggak. Gak maen asal teken tombol forward.
Payah bener...
Untungnya, seorang temen ngingetin kesalahan gue (Thanks Mr. Xbox !). Ini nih enaknya punya temen-temen yang baek. Kalo kita salah, nggak didiemin tapi diingetin. Hiks, jadi terharu deh.
Trus gue jadi keingetan ma Al Ashr, one of my fave. Yang gini nih bunyinya :
Demi masa (103:1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (103:2), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (103:3)
Hm, gue pikir-pikir ini emang udah jadi penyakitnya kita as human being. Kalo ada orang yang salah bertindak, selalu bisa ngomongin “begitu salah, begini lho yang bener”. Tapi tokh, pada saat dihadapkan pada masalah yang sama, dengan situasi yang sama, ternyata kita juga melakukan kesalahan yang sama. Hihihi, aneh kan ?
Nerapin prinsip “Do what you say” emang berat banget. Dulu, seorang temen kuliah gue pernah susah banget diminta jadi mentor, alesannya takut dia cuman bisa NATO alias No Action Talk Only atawa Omong Doang. Makanya jadi kesannya pelit ngasih tausiyah.
Yah, intinya, gue kudu lebih hati-hati aja dalam melakukan sesuatu. Tapi itu pun gue gak bisa ngasih garansi kalo gue gak bakal ngelakuin kesalahan semacam itu lagi.
Ah, ternyata. Ngomong emang paling gampang !
Subscribe to:
Posts (Atom)