Beberapa hari lalu, gue mimpi sesuatu yang sempet bikin ati gue semrawut; mimpi mantan pacar gue nikah (wew, jangan ketawa dulu dunk, liat dulu terusan ceritanya!). Di mimpi itu kayaknya gue nelangsa banget, kayak yang gak rela gitu. Paginya, gue jadi mikir, kalo emang terjadi demikian kira-kira gue rela gak yah, bisa ikhlas gak yah. Cause, dulu sewaktu kita (gue and my-ex) mutusin untuk "ambil jalan masing-masing" (bahasa alusnya "putus"), kita saling bilang bahwa kita akan merelakan satu sama lain, bila ternyata nantinya kita gak berjodoh. Merelakan satu sama lain untuk dimiliki orang lain. Ternyata gak segampang itu, mengingat waktu 6 tahun yang pernah dijalani bersama. Yup, Meski bilang rela, tapi entah kenapa rasanya ada yang mengganjal dalam hati.
Hm, But actually its not the point. Karena kemudian, pertanyaan tadi menghantarkan gue pada pertanyaan-pertanyaan tentang ikhlas lainnya. "Apa selama ini gue dah ikhlas menjalani hidup gue ?" , "Apa gue juga udah bener-bener ikhlas waktu ngelakuin hal-hal baik yang bisa gue lakuin? karena Allah?" dan pertanyaan-pertanyaan lain semacam itu. Tiba-tiba gue jadi menggigil sendiri.
Ternyata, gampang banget untuk bilang, "gue ikhlas kok". Tapi tanpa sadar kita menyimpan ketidakrelaan dan kekecewaan jauh dalam hati sana, meski cuman sedikit. Misalnya aja, pada saat kita harus menghadapi kenyataan bahwa sesuatu yang kita miliki lepas dari genggaman, ato pada saat kita mampu melakukan sesuatu yang besar tapi tak ada orang lain yang tau, ato kalo gak, saat kita nggak mendapatkan apa yang kita inginkan.
Gue keingetan waktu pergi sama temen gue ke Blok M, trus di bis yang gue tumpangin ada pengamen bersuara cukup bagus. Temen gue serta merta ngasih uang 5000, buat pengamen itu. Waktu itu gue nyeletuk, " Wih, generous banget lo ! ikhlas gak tuh?" gue curiga soalnya si pengamen punya tampang lumayan, kali aja temen gue cuman mo narik perhatian doank. Trus dia jawab dengan enteng, " Ikhlas lah, sekali-kali bagi-bagi rejeki, gue baru dapet bonus neh..." Gue nyeletuk lagi aja, " Berarti gue kebagian dunk, traktir gue yeh, kan bagi-bagi rejeki.." Eh, sebelnya, dia jawab gini, " Ntar, kalo lo masuk daptar kaum dhuafa, baru gue traktir." Yeeee...Trus gue en temen gue itu jalan-jalan di Blok M, puas belanja kita berdua langsung mo balik pulang. Nggak disangka nggak dinyana, tas temen gue udah robek bagian depannya. Yup, temen gue kecopetan. Dompetnya absolutely ilang. Plus uang, atm, termasuk ktpnya. Yang tersisa, cuman seribu perak di kantong roknya. Padahal, buat pulang paling gak perlu ongkos 6000 rupiah. Akhirnya dia pinjem uang gue buat ongkos. Dengan lesu dia bilang gini, " Coba tadi gue ngasih pengamen nggak segitu yeh, kan gue masih ada ongkos buat pulang, nggak pake minjem duitlo. "
Nah kaaan, nggak bilang kalo nggak ikhlas sih, tapiiiii........................
Itu cuman contoh kecil, lho.
Sekarang, silahkan deh komen soal tulisan gue kali ini.
Mo ngritik juga gak apa-apa.
Gue ikhlas, kok !
1 comment:
Kata guru ngajiku...klo kata 'Iklhas' itu disebutkan saat kita memberi sesuatu (mis : "Gue ikhlas kok. Beneran deh. Sumpah") itu artinya kita gak ikhlas :)
Post a Comment