Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih, tapi cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jadi jangan terburu-buru dan pilih yang terbaik.
Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang "sempurna" bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri.
Jangan pernah bilang "I love you" kalau kamu tidak perduli. Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya berbohong. Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya...
Cinta bukan "Ini salah kamu", tapi "Ma'afkan aku". Bukan "Kamu dimana sih?", tapi "Aku disini". Bukan "Gimana sih kamu?", tapi "Aku ngerti kok". Bukan "Coba kamu gak kayak gini", tapi "Aku cinta kamu seperti kamu apa adanya".
Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas.
Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.
Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu.
Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu.
Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang, lebih menyakitkan lagi apabila kamu dilupakan oleh kekasihMu
Cinta juga akan lebih menyakitkan lagi apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu rasakan.
Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk menemukan bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya. Kalau dia tidak "worth it" sekarang, dia tidak akan pernah "worth it" setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. Biarkan dia pergi...
Dedicated to someone
Sunday, September 25, 2005
"Gue Ikhlas, Kok !"
Beberapa hari lalu, gue mimpi sesuatu yang sempet bikin ati gue semrawut; mimpi mantan pacar gue nikah (wew, jangan ketawa dulu dunk, liat dulu terusan ceritanya!). Di mimpi itu kayaknya gue nelangsa banget, kayak yang gak rela gitu. Paginya, gue jadi mikir, kalo emang terjadi demikian kira-kira gue rela gak yah, bisa ikhlas gak yah. Cause, dulu sewaktu kita (gue and my-ex) mutusin untuk "ambil jalan masing-masing" (bahasa alusnya "putus"), kita saling bilang bahwa kita akan merelakan satu sama lain, bila ternyata nantinya kita gak berjodoh. Merelakan satu sama lain untuk dimiliki orang lain. Ternyata gak segampang itu, mengingat waktu 6 tahun yang pernah dijalani bersama. Yup, Meski bilang rela, tapi entah kenapa rasanya ada yang mengganjal dalam hati.
Hm, But actually its not the point. Karena kemudian, pertanyaan tadi menghantarkan gue pada pertanyaan-pertanyaan tentang ikhlas lainnya. "Apa selama ini gue dah ikhlas menjalani hidup gue ?" , "Apa gue juga udah bener-bener ikhlas waktu ngelakuin hal-hal baik yang bisa gue lakuin? karena Allah?" dan pertanyaan-pertanyaan lain semacam itu. Tiba-tiba gue jadi menggigil sendiri.
Ternyata, gampang banget untuk bilang, "gue ikhlas kok". Tapi tanpa sadar kita menyimpan ketidakrelaan dan kekecewaan jauh dalam hati sana, meski cuman sedikit. Misalnya aja, pada saat kita harus menghadapi kenyataan bahwa sesuatu yang kita miliki lepas dari genggaman, ato pada saat kita mampu melakukan sesuatu yang besar tapi tak ada orang lain yang tau, ato kalo gak, saat kita nggak mendapatkan apa yang kita inginkan.
Gue keingetan waktu pergi sama temen gue ke Blok M, trus di bis yang gue tumpangin ada pengamen bersuara cukup bagus. Temen gue serta merta ngasih uang 5000, buat pengamen itu. Waktu itu gue nyeletuk, " Wih, generous banget lo ! ikhlas gak tuh?" gue curiga soalnya si pengamen punya tampang lumayan, kali aja temen gue cuman mo narik perhatian doank. Trus dia jawab dengan enteng, " Ikhlas lah, sekali-kali bagi-bagi rejeki, gue baru dapet bonus neh..." Gue nyeletuk lagi aja, " Berarti gue kebagian dunk, traktir gue yeh, kan bagi-bagi rejeki.." Eh, sebelnya, dia jawab gini, " Ntar, kalo lo masuk daptar kaum dhuafa, baru gue traktir." Yeeee...Trus gue en temen gue itu jalan-jalan di Blok M, puas belanja kita berdua langsung mo balik pulang. Nggak disangka nggak dinyana, tas temen gue udah robek bagian depannya. Yup, temen gue kecopetan. Dompetnya absolutely ilang. Plus uang, atm, termasuk ktpnya. Yang tersisa, cuman seribu perak di kantong roknya. Padahal, buat pulang paling gak perlu ongkos 6000 rupiah. Akhirnya dia pinjem uang gue buat ongkos. Dengan lesu dia bilang gini, " Coba tadi gue ngasih pengamen nggak segitu yeh, kan gue masih ada ongkos buat pulang, nggak pake minjem duitlo. "
Nah kaaan, nggak bilang kalo nggak ikhlas sih, tapiiiii........................
Itu cuman contoh kecil, lho.
Sekarang, silahkan deh komen soal tulisan gue kali ini.
Mo ngritik juga gak apa-apa.
Gue ikhlas, kok !
Hm, But actually its not the point. Karena kemudian, pertanyaan tadi menghantarkan gue pada pertanyaan-pertanyaan tentang ikhlas lainnya. "Apa selama ini gue dah ikhlas menjalani hidup gue ?" , "Apa gue juga udah bener-bener ikhlas waktu ngelakuin hal-hal baik yang bisa gue lakuin? karena Allah?" dan pertanyaan-pertanyaan lain semacam itu. Tiba-tiba gue jadi menggigil sendiri.
Ternyata, gampang banget untuk bilang, "gue ikhlas kok". Tapi tanpa sadar kita menyimpan ketidakrelaan dan kekecewaan jauh dalam hati sana, meski cuman sedikit. Misalnya aja, pada saat kita harus menghadapi kenyataan bahwa sesuatu yang kita miliki lepas dari genggaman, ato pada saat kita mampu melakukan sesuatu yang besar tapi tak ada orang lain yang tau, ato kalo gak, saat kita nggak mendapatkan apa yang kita inginkan.
Gue keingetan waktu pergi sama temen gue ke Blok M, trus di bis yang gue tumpangin ada pengamen bersuara cukup bagus. Temen gue serta merta ngasih uang 5000, buat pengamen itu. Waktu itu gue nyeletuk, " Wih, generous banget lo ! ikhlas gak tuh?" gue curiga soalnya si pengamen punya tampang lumayan, kali aja temen gue cuman mo narik perhatian doank. Trus dia jawab dengan enteng, " Ikhlas lah, sekali-kali bagi-bagi rejeki, gue baru dapet bonus neh..." Gue nyeletuk lagi aja, " Berarti gue kebagian dunk, traktir gue yeh, kan bagi-bagi rejeki.." Eh, sebelnya, dia jawab gini, " Ntar, kalo lo masuk daptar kaum dhuafa, baru gue traktir." Yeeee...Trus gue en temen gue itu jalan-jalan di Blok M, puas belanja kita berdua langsung mo balik pulang. Nggak disangka nggak dinyana, tas temen gue udah robek bagian depannya. Yup, temen gue kecopetan. Dompetnya absolutely ilang. Plus uang, atm, termasuk ktpnya. Yang tersisa, cuman seribu perak di kantong roknya. Padahal, buat pulang paling gak perlu ongkos 6000 rupiah. Akhirnya dia pinjem uang gue buat ongkos. Dengan lesu dia bilang gini, " Coba tadi gue ngasih pengamen nggak segitu yeh, kan gue masih ada ongkos buat pulang, nggak pake minjem duitlo. "
Nah kaaan, nggak bilang kalo nggak ikhlas sih, tapiiiii........................
Itu cuman contoh kecil, lho.
Sekarang, silahkan deh komen soal tulisan gue kali ini.
Mo ngritik juga gak apa-apa.
Gue ikhlas, kok !
Friday, September 09, 2005
It's Not Only Listening Curhat...
Fiuhhh, minggu-minggu ini rupanya minggu orang curhat. Nggak di Real, nggak di cyber. Curhatnya macem-macem, dari persoalan utang-piutang, kerjaan, sampe urusan jodoh or cinta-cintaan. Hmm, seneng juga sih, dipercaya orang jadi tempat cerita. Tapiiiiii……….
Dengerin curhatan mang keliatannya gampang, tinggal pasang kuping duank. Atau, kalo di cyber, tinggal allow orang yang mo pm and kita tinggal pasang mata sambil sesekali neken kursor buat nyimak isi curhatan. Tapi ternyata nggak cuman itu.
Jadi tempat curhat ternyata kudu siap mental. Denger apapun nantinya yang akan dituturkan. Karena isi curhatan bisa jadi hal-hal yang di luar dugaan.
Yang susah itu kalo isi curhatannya berkenaan dengan seseorang.
Bukannya sok bijak, tapi ngadepin curhatan model begini emang kudu ati-ati. Karena salah-salah, bisa berujung fitnah.
Bukan apa-apa, ini karena biasanya, begitu kita mendengar hal buruk tentang seseorang atau sesuatu, kita langsung percaya. Kemudian mengubah opini kita, hanya karena selentingan yang kita dengar. Padahal selentingan yang kita dengar belum tentu benar.
Makanya konsep tabayyun alias cek dan re-check kudu di pegang kuat. Tapi sayangnya, sering banget karena yang cerita itu orang yang dekat dengan kita, kita jadi lupa ma konsep tabayyun tadi.
Kebayang gak kalo yang diceritain ke kita tentang seseorang itu ternyata gak 100% benar ? atau malah bohong belaka ? tapi karena “keliatannya” bukti-buktinya kuat, lantas kita percaya, lalu ikut menyebarkan kebohongan tersebut. Wew, jadi ikut ambil bagian dalam fitnah dunk ya….
(24:15)
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
Gue sendiri pernah jadi korban dari hal model begini. Seorang temen sempet marah sama gue, karena sesuatu yang gue katakan tentangnya ke orang lain. Lalu orang lain ini mengcopy-paste apa yang gue pernah omongin itu ke temen gue itu. Kalau saja copy paste itu mencakup semua hal yang gue omongin, mungkin gak akan jadi begitu. Persoalannya, copy pastenya hanya mengcopy paste sebagian saja, dengan menghilangkan sebagian. Akhirnya temen gue itu kan jadi salah terima. Untungnya, masalah itu bisa diselesaikan. Dengan saling tabayyun, plus keikhlasan hati untuk saling memaafkan kesalahpahaman.
Sesorang di masa lalu, juga pernah ngomong gini ke gue, ”Jangan pernah langsung mempercayai sesuatu yang kamu dengar atau kamu liat. Jangan terlalu gampang terpengaruh. Selalu cek dan ricek, lalu beri kesempatan bagi nuranimu untuk menilai.”
Hmmm………
Dengerin curhatan mang keliatannya gampang, tinggal pasang kuping duank. Atau, kalo di cyber, tinggal allow orang yang mo pm and kita tinggal pasang mata sambil sesekali neken kursor buat nyimak isi curhatan. Tapi ternyata nggak cuman itu.
Jadi tempat curhat ternyata kudu siap mental. Denger apapun nantinya yang akan dituturkan. Karena isi curhatan bisa jadi hal-hal yang di luar dugaan.
Yang susah itu kalo isi curhatannya berkenaan dengan seseorang.
Bukannya sok bijak, tapi ngadepin curhatan model begini emang kudu ati-ati. Karena salah-salah, bisa berujung fitnah.
Bukan apa-apa, ini karena biasanya, begitu kita mendengar hal buruk tentang seseorang atau sesuatu, kita langsung percaya. Kemudian mengubah opini kita, hanya karena selentingan yang kita dengar. Padahal selentingan yang kita dengar belum tentu benar.
Makanya konsep tabayyun alias cek dan re-check kudu di pegang kuat. Tapi sayangnya, sering banget karena yang cerita itu orang yang dekat dengan kita, kita jadi lupa ma konsep tabayyun tadi.
Kebayang gak kalo yang diceritain ke kita tentang seseorang itu ternyata gak 100% benar ? atau malah bohong belaka ? tapi karena “keliatannya” bukti-buktinya kuat, lantas kita percaya, lalu ikut menyebarkan kebohongan tersebut. Wew, jadi ikut ambil bagian dalam fitnah dunk ya….
(24:15)
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
Gue sendiri pernah jadi korban dari hal model begini. Seorang temen sempet marah sama gue, karena sesuatu yang gue katakan tentangnya ke orang lain. Lalu orang lain ini mengcopy-paste apa yang gue pernah omongin itu ke temen gue itu. Kalau saja copy paste itu mencakup semua hal yang gue omongin, mungkin gak akan jadi begitu. Persoalannya, copy pastenya hanya mengcopy paste sebagian saja, dengan menghilangkan sebagian. Akhirnya temen gue itu kan jadi salah terima. Untungnya, masalah itu bisa diselesaikan. Dengan saling tabayyun, plus keikhlasan hati untuk saling memaafkan kesalahpahaman.
Sesorang di masa lalu, juga pernah ngomong gini ke gue, ”Jangan pernah langsung mempercayai sesuatu yang kamu dengar atau kamu liat. Jangan terlalu gampang terpengaruh. Selalu cek dan ricek, lalu beri kesempatan bagi nuranimu untuk menilai.”
Hmmm………
Tersanjung, Ku Tersandung....
Siapa sih yang gak seneng denger pujian ? semua pasti suka. Nggak cewek, nggak cowok. Boong banget kalo ada yang bilang cuman cewek yang demen dirayu bin dipuji. Coba deh cowok dibilang ganteng, pasti idungnya bakalan mekar, kembang kempis.
Seperti kemarenan, ada yang bilang gini, “ widie emang baik..”, “wid, kamu manis” (ehem!), ato “ wid, kamu bijak deh” sampe ada yang bilang, “ wid, kamu kok agak kurusan..” (wew, yang ini jelas basa-basi. Widie kurusan ?! please deh... ).
Ngedengernya emang enak banget. Bikin pe-de melonjak drastis. Abis itu bawaannya pengen ngacaaaa melulu. Hihihi.
Sedikit pujian rasanya oke aja, supaya kita gak merasa rendah diri, dan merasa eksis. Tapi kalo kebanyakan, jangan-jangan kita jadi terlena, lantas menilai diri sempurna dan gak punya cela. Wah, kalo begini kan bisa bikin gede kepala alias sombong. Kalo bahasanya ustadnya mah “ujub” namanya, yang kalo gak salah dalam bahasa indonesia artinya bangga diri.
Keliatannya sih sepele, tapi kalo berkembang, ini bisa jadi penyakit riya. Dan Riya itu termasuk sirik kecil, lho. Gawat kan ?
Bila kita melakukan sesuatu yang baik, lalu ada yang memuji, kemudian ada rasa senang di hati, mungkin masih tak apa. Yang gawat , kalo kemudian kita menikmati pujian itu lalu melakukan sesuatu demi memperoleh kesenangan dari pujian itu. Ya baliknya ke Riya tadi.
Hmm, menahan diri agar emosi tak terbakar oleh sepatah makian mungkin terasa sulit. Namun, jauh lebih sulit menahan kerusakan diri akibat sebuah sanjungan yang kita telan mentah-mentah....
Kata-kata ini udah tertoreh sekian lama di buku diary gue, yang akhir-akhir ini jarang disentuh apalagi setelah gue punya blog. Kata-kata yang sering jadi senjata gue buat ngelawan efek buruk dari sebuah pujian. Karena gue nggak mau, dari tersanjung akhirnya jadi tersandung. Ibarat diterbangin ke langit tinggi, abis itu dibanting ke bumi. Ancur kan ?!
Seperti kemarenan, ada yang bilang gini, “ widie emang baik..”, “wid, kamu manis” (ehem!), ato “ wid, kamu bijak deh” sampe ada yang bilang, “ wid, kamu kok agak kurusan..” (wew, yang ini jelas basa-basi. Widie kurusan ?! please deh... ).
Ngedengernya emang enak banget. Bikin pe-de melonjak drastis. Abis itu bawaannya pengen ngacaaaa melulu. Hihihi.
Sedikit pujian rasanya oke aja, supaya kita gak merasa rendah diri, dan merasa eksis. Tapi kalo kebanyakan, jangan-jangan kita jadi terlena, lantas menilai diri sempurna dan gak punya cela. Wah, kalo begini kan bisa bikin gede kepala alias sombong. Kalo bahasanya ustadnya mah “ujub” namanya, yang kalo gak salah dalam bahasa indonesia artinya bangga diri.
Keliatannya sih sepele, tapi kalo berkembang, ini bisa jadi penyakit riya. Dan Riya itu termasuk sirik kecil, lho. Gawat kan ?
Bila kita melakukan sesuatu yang baik, lalu ada yang memuji, kemudian ada rasa senang di hati, mungkin masih tak apa. Yang gawat , kalo kemudian kita menikmati pujian itu lalu melakukan sesuatu demi memperoleh kesenangan dari pujian itu. Ya baliknya ke Riya tadi.
Hmm, menahan diri agar emosi tak terbakar oleh sepatah makian mungkin terasa sulit. Namun, jauh lebih sulit menahan kerusakan diri akibat sebuah sanjungan yang kita telan mentah-mentah....
Kata-kata ini udah tertoreh sekian lama di buku diary gue, yang akhir-akhir ini jarang disentuh apalagi setelah gue punya blog. Kata-kata yang sering jadi senjata gue buat ngelawan efek buruk dari sebuah pujian. Karena gue nggak mau, dari tersanjung akhirnya jadi tersandung. Ibarat diterbangin ke langit tinggi, abis itu dibanting ke bumi. Ancur kan ?!
Subscribe to:
Posts (Atom)